Hilmi El Angga

Rabu, 14 Juli 2010

Diposting oleh Hilmi di 18.19
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

PRINSIF

SEKALI HIDUP HIDUPLAH YANG BERARTI (KH. Imam Zarkasyi)

Jalan_JalanYuk..!!!

  • ▼  2010 (6)
    • Juli (4)
    • Juni (2)

MENGENAL SAYA

Foto saya
Hilmi
Gangga, Lombok Utara, Mataram, NTB, Indonesia
Hilmi: lahir 16-agustus di Gangga Lombok Utara NTB, selesai sekolah dasar 1999, MTS Riadul Jannah NW Penjor 2002, Masuk Pondok Modern Al-Bayan Lombok Utara 2003 dan selesai 2007. di Pondok Modern dia sempat menjabat sebagai bagian lingkungan hidup, kesehatan, kebersihan dan terkhir menjabat sebagai ketua organisasi (OPTAMI 2006-2007), melanjutkan Khidmah di pon-pes Hidayaturrahman NW menggala Pemenang KLU, sekarang masih kuliah di IDIA Prenduan Jawa Timur,saat ini dia duduk sebagai sekretaris pers mahasiswa, pengurus perpustakaan kampus, lay outer majalah fakultas dan dan sekretaris majalah kampus. dia juga sekolah di ma'had ali al-amien jurusan Bahasa arab dan kajian Keislaman.
Lihat profil lengkapku

ANEKDOT

KEBODOHAN PLATO

0LEH: Hilmi El Angga

o.. ya, mungkin teman2 pernah membaca sebuah cerpen tentang plato Yang bertanya tentang arti cinta dan perkawinan pada gurunya. Tapi plato yang saya maksud jelas bukan plato dari yunani yg hidup sekitar abad ke-4 SM lho ya… tu kan G mungkin banget, karena plato dari yunanikan orangnya cerdas. Tapi ni plato local “dengan te tulen” (asli org sini_red). Sebelum nya maaf ya pada mas plato cuman mau minjam nama ja, mohon jangan marah y. Cz lo mas Plato marah bisa2 teori mas plato yang saya plajari jadi G barokah lagi…. “once more I’m very sorry my loving fhylosof..!!”

Dalam cerpen itu (substansi pesannya penulis ubah) diceritakan bahwa pelato adalah seorang murid yang selalu bertanya. Pada suatu hari, plato bertanya kepada sang guru. “guru bolehkan saya bertanya?” dia mengatur nadanya serendah mungkin untuk menghormati sang guru, tapi tidak sampai terbungkuk2 berlebihan seperti kebanyakan santri pada kiayi nya. Mungkin karena dia sadar bahwa rasul @ Allah tidak senang kepada sesuatu yang berlebihan kali ya. “ memangnya ananda mau bertanya tentang apa?” gurunya merespon pertanyaan plato. Guru plato selalu merespon sekecil apapun yang dikatakan oleh murid nya. Cz dia tau kalao semua orang butuh perhatian dan mau didengar.

“apakah arti cinta?” plato bertanya.

“kalau kamu mau mengerti arti cinta, maka berjalan luruslah ketengah ladang gandum, perhatikanlah semua ranting yang kamu lewati, jangan pernah kembali sebelum kamu menemukan ranting yang menurutmu paling menarik, jika kamu mendapatkan ranting yang menurutmu paling eksotik itulah yang namanya cinta” gurunya menjawab. Gurunya berusaha memberikan kesempatan kepada plato untuk berfikir kreatif dan menentukan pilihannya, bukannya mencekoki dan memaksa nya untuk mengikuti pilihan sang guru, Seperti kebanyakan guru sekarang. He.. he… Kebetulan saat itu plato jadi mahasiswa baru di kampus putih.

Plato kemudian mengikuti petunjuk sang guru, dia kemudian berjalan ketengah ladang gandum. Selang beberapa saat dia kembali tanpa membawa apapun. Gurunya kemudian bertanya “mana ranting yang aku maksud?”. Plato menjawab “sebenarnya saya sudah menemukan ranting yang saya anggap paling eksotik, tapi perjalanan saya baru sampai pertengahan. Saya memutuskan untuk tidak mengambilnya karena saya berspekulasi akan ada ranting yang lebih eksotik dari yang saya maksud. Setelah berjalan sampai ujung ladang gandum, saya tidak menemukan sebuah rantingpun yang baik, oleh karena itu saya memutuskan untuk tidak mengambil satu rantingpun”.

Gurunya manggut2 dan menerima alasan logis dari plato. Dia kemudian berkata “asal kamu tau murid ku, seperti itulah cinta”. Plato kemudian bertanya “apakah itu perkawinan?”. Plato memang selalu bertanya pada gurunya bukan karena dia bodoh, tetapi karena dia adalah mahasiswa yang aktif dan rasa ingin taunya yang begitu besar.

Sebelum menjawab pertanyaan plato, gurunya memberikan sanjungan kepada muridnya yang aktif itu. “Bagus muridku, seandainya semua mahasiswa mempunyai rasa ingin tau seperti kamu, mungkin pendidikan di Indonesia tidak akan terbelakang seperti ini”.

“Maaf guru, saya kurang mengerti maksud guru” plato cengar-cengir menandakan dia kurang mengerti maksud gurunya.

“begini plato, selalulah bertanya apa yang tidak kamu pahami dan pelajarilah apa yang tidak kamu tau karena itulah ciri khas mahasiswa/i. Jangan seperti mahasiswa/i Indonesian Democrat Ion Academic (IDIA)”.

“memangnya kenapa dengan mahasiswa/i IDIA?” pelato semakin bingung.

“IDIA adalah nama sebuah perguruan tinggi di sebuah pulau tandus dan terpencil, mahasiswa/i masuk kuliah dari berbagai bangsa dan daerah. mereka bisa sampai ke kampus setelah menaklukkan panasnya padang garam dipulau itu, tetapi sayangnya setelah sampai dikampus mahasiswa nya pada jadi patung semua, atau lebih pasnya jika dikatakan mereka adalah kumpulan orang tua yang berjiwa balita (bawah lima tahun-red). Karena didalam kelas mereka hanya mau disuapi oleh dosennya, tanpa ada pertanyaan dan usaha untuk membaca buku, boro-boro ke-perpus baca pengumuman tuk pengumpulan artikel ja males. apalagi lo gairah nulis jangan di Tanya,,, asal kamu tau saja, disana juga banyak mahasiswa yang konon katanya dari pondok modern. Tapi ya sama saja, mereka hanya bercuap2 didalam sarang, ada yang ahli nahu tapi minta tulisan berbahasa arab aja hasilnya nihil, ada yang pintar cuap2 dengan bahasa inggris tapi pas nerbitin madding semuanya bungkam.” gurunya bercerita panjang lebar.

“o..ya, gimana tentang pertanyaan saya tadi?” plato kembali kepokok permasalahan.

“baiklah plato, jika kamu ingin mengetahui hakekat dari perkawinan maka berjalanlah menyusuri pantai, jangan menoleh kebelakang dan kembalilah setelah kamu menemukan karang yang menurut kamu paling indah?” gurunya mejawab.

Plato kemudian berjalan menyusuri pantai, tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa sebongkah karang laut yang kelihatannya biasa2 saja. Gurunya kemudian bertanya “kenapa kamu kembali secepat ini dan kenapa kamu memilih karang itu?” plato menjawab “belajar dari pengalaman guru, kemarin saya tidak mendapatkan apa2 karena tidak berani mengambil keputusan, oleh sebab itu hari ini saya mencoba untuk mengambil keputusan walaupun saya tau bahwa karang itu tidaklah begitu menarik hati”.

“manusia hari ini adalah hasil dari keputusan masa lalu nya, begitu juga dengan manusia dimasa mendatang. Manusia dimasa yang akan datang adalah hasil dari keputusan nya hari ini. Oleh karena itu, jangan asal memilih…!!!. Bukankah tadi kamu membawa black berry yang merupakan HP paling canggih sekarang?” gurunya bertanya.

“terus apa kaitannya dengan pertanyaan saya tadi?” kata plato.

“kesempatan yang pertama, kamu tidak menghubungi penjaga ladang untuk menanyakan letak ranting yang baik sehingga kamu tidak dapat menjatuhkan satu pilihanpun.

Pada kesempatan kedua, kamu tidak menghubungi pengawas pantai setempat dengan HP yang kamu punya. Seandainya kamu menghubungi oprator pariwisata maka dia akan memberitahukan kepada mu daerah yang mempunyai karang2 yang paling eksotik didunia. Kebetulan pada kesempatan yang kedua tadi, kamu berjalan dipantai Lombok Utara bagian barat, dan disana terdapat terumbu karang biru (blue coral) yang terindah di dunia, kamu bahkan lupa untuk mencari imformasi di-google. kamu kan bawa black berry tadi, seandainya kamu membuka situs2 yang menerangkan tantang pulau itu, maka kamu akan mendapatkan tiga pulau (gili air, gili meno dan gili trawangan) yang masing masing menyimpan karang2 terbaik dunia, tidakkah kamu lihat banyak tourisms yang berjemur dan berkunjung kesana? Selain karena keindahan pantai-nya mereka juga ingin menyaksikan keindahan karang biru (blue coral) yang disinyalir sebagai yang terindah didunia, asal kamu tahu karang seperti ini hanya terdapat didua tempat di dunia dan salah satunya adalah Lombok Utara. Maafkan guru kalau guru menjelaskannya ngalur-ngidul seperti ini, guru hanya ingin kamu mendapatkan keputusan yang tepat dan bukan seperti hari ini agar kamu tidak kecewa” gurunya menjelaskan panjang lebar.

“lalu supaya kita tidak menyesal dalam mengambil keputusan harus bagaimana guru?” plato bertanya penasaran.

“ya harus bertanya kepada yang tau, saat kamu diladang ya bertanya kepada tukang kebun dan apabila dipantai ya bertanyalah kepada penjaga pantai, tapi jangan lupa yang paling tau tentang segala hal adalah pengawas alam semesta” gurunya menjelaskan.

“Lalu bagaimana guru” plato ingin jawaban gurunya agar diperjelas.

“kalau mengambil keputusan ya harus bertanya kepada yang paling tau dan yang paling tau itu adalah Allah. Oleh karena itu, kamu harus bertanya kepada allah. Bukanya kamu sudah diajarkan solat istiharah sejak SD….!!!” Gurunya menutup pelajaran dan plato pun sadar akan kebodohannya yang hanya menggunakan otak dalam menentukan pilihan.



[1] Cerpen ini penulis sebagai kritik terhadap dosen dan kelakuan mahasiswa tempat penulis kuliah.

Gunung Rinjani

Gunung Rinjani
Panorama danau segara anak di Taman Nasional Gunung Rinjani

Pengikut

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.